Maksudnya mari kita ikhlas dan rela terhadap apapun ketentuanNya terhadap hidup kita. Ini bukan sikap putus asa. Jauh sekali dari itu. Apapun yang terjadi katakan demikian dalam lubuk hati yang paling dalam : “Ya Allah, tiada Tuhan selain Engkau…aku ini hanya makhluk…tiada punya daya apapun, dan Engaku Maha Benar…apapun yang Engkau takdirkan pasti benar…apapun yang Engkau putuskan terhadap diriku pasti benar…tidak salah…,bahkan aku pantas menderita lebih dari ini ( jika Anda merasa hidup menderita ), bahkan kelak jika Engaku menetapkan ku di dasar neraka jahanampun itu bukan salah Engkau…itu sudah patut bagiku…karena semua ini adalah kesalahanku sendiri ya Allah…aku memang termasuk orang yang menganiaya diriku sendiri…semua penderitaan dan kegagalanku adalah akibat kesalahanku sendiri ya Allah…”
Kalau sudah merasa ikhlas dan rela akan keputusan Ilahi terhadap nasib diri maka jangan berhenti di situ. Yakinlah dan berharaplah akan kasih ( rahmat ) -Nya. Termasuk dalam hal ini adalah pengampunanNya dan pertolonganNya untuk mengubah hidup kita menjadi berhasil dan bahagia. Katakan demikian :” Namun hamba percaya bahwa sebesar-besar kesalahan hamba pasti lebih besar lagi pengampunanMu. Sebesar – besar hajad keperluan hamba masih besar lagi rahmatMu. Engkau berkuasa untuk memberi apa yang hamba hajadkan. Engakau berkuasa untuk mengubah kehidupan hamba menjadi sukses dan bahagia. Seberapa besarpun kesulitan hamba tentu masih lebih besar lagi kekuasaanMu, dan tiada halangan sedikitpun bagiMu untuk menolong hamba. Seberapa besarpun kebutuhan harta dan uang yang hamba perlukan masih lebih besar lagi kekayaanMu…Engkau Maha Kaya…Dan hamba yakin akan belas kasihanMu…akan kasih sayangMu…akan rahmatMu”.
Sadari sepanjang masa. Sadari sepanjang kehidupan Anda bahwa Anda tidak sendiri. Bahwa Anda hidup di dunia ini bukan atas kehendak Anda. Namun ada yang ‘menghendaki Anda dan Saya – kita semuanya ini- untuk hidup di dunia ini. Kita ini ada yang ‘memiliki’. Kita ini ada yang mengatur. Kita ini tidak hidup dengan sendirinya. Nah, dengan demikian wilayah kita adalah wilayah ‘usaha’ sedangkan hasil biar kita serahkan bulat-bulat kepadaNya. Pasrah total, mempercayakan kehidupan kita dalam tangan-Nya, dalam kebjiksanaan pengaturanNya. Mari kita ‘bezikir’ kepadaNya secara kontinya, istiqomah. Berzikir yang saya maksud adalah senantiasa ‘sadar penuh’ ( meminjam istilah Yusdeka ) akan kehadiranNya, terhadap peranNya dan terhadap pertolonganNya.
Nah jika Anda memang sudah merasa percaya akan pertolonganNya, akan kasihNya, akan pengampunanNya maka tersenyumlah. Ya, jangan kelewatan, nanti disangka gila pula. Paling tidak awali hari Anda dengan senyum. Pertama kali senyum jika belum menemukan alasannya kenapa Anda senyum, just go ahead…senyum saja. Tarik bibir Anda…dan senyumlah. Toh otak Anda tidak bisa membedakan senyum karena memang ketawa atau senyum yang dipaksakan. Pokoknya senyum. Dan…blong… ketemu, hati jadi plong…otak segar. Nah, mau tahu alasannya kenapa harus senyum. Ya karena merasa hidup tidak sendirian lagi. Ada Allah tempat kita bergantung. Dia maha baik. Maha penolong. Kurang apa lagi ? Coba ingat-ingat nikmat yang Anda terima. Jangan ingat kesusahan Anda. Lihat masih banyak orang yang nasibnya lebih buruk dari Anda. Karena itu mari…senyum, senyum dan senyum.